Rupiah melorot 3,19% (ytd) terhadap dollar Singapura dan anjlok 4,26% (ytd) di hadapan ringgit Malaysia. Di saat yang sama, dollar AS justru melemah 2,39% terhadap ringgit Malaysia dan menyusut 0,77% di hadapan dollar Singapura.
Terhadap poundsterling, rupiah anjlok 5,66% (ytd). Bahkan rupiah merosot 7,34% (ytd) di hadapan yen Jepang. Sedangkan terhadap dollar AS, mata uang Garuda melemah 1,82% (ytd).
Kebijakan bank sentral masing-masing negara juga mempengaruhi pelemahan rupiah. Analis Monex Investindo Putu Agus Prasuanmitra menjelaskan, sejak awal tahun bank sentral sejumlah negara memberi sinyal pengetatan kebijakan moneter.
Tengok Inggris, data perekonomian yang membaik kian membuat pasar berharap Bank of England (BoE) mengerek bunga acuan. Begitu pun European Central Bank (ECB) juga diprediksi menghentikan pembelian obligasi mulai September nanti. "Pengetatan kebijakan moneter tersebut akan meningkatkan valuasi mata uang mereka," ungkap Putu.
Dari pasar domestik, sentimen yang paling signifikan menekan rupiah adalah posisi neraca transaksi berjalan yang terus defisit. Tahun lalu, defisit transaksi berjalan mencapai 1,7% dari produk domestik bruto (PDB) atau US$ 17,3 miliar. Tahun ini, defisit transaksi berjalan diperkirakan lebih besar lagi, yaitu 2%–2,1% dari PDB.
Spread mulai 0.6 pip | Instan Referal reward Broker Mini Legal Bappebti
0 komentar:
Posting Komentar