SYMBOL BID ASK SPREAD
EURUSD 1.22637 1.22646 0.90
USDJPY 106.463 106.471 0.80
GBPUSD 1.40134 1.40144 1.00
XAUUSD 1314.030 1314.226 19.60
US Oil 63.638 63.700 62.00
HKH 31933 31960 27.00
JPN225 21490 21510 20.00
US30 24769 24783 14.00
NQ.GOOG 1097.12 1097.96 84.00
HK.THL (0700) 475.00 475.60 60.00


Rupiah semakin keok terhadap dollar AS.

Menutup bulan Februari, nilai tukar rupiah semakin keok terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda rehat di level terendahnya sejak Februari 2016 pada Rp 13.751 per dollar AS, atau turun 0,53% di penutupan perdagangan Rabu (28/2). Serupa, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga turun 0,42% menjadi sebesar Rp 13.707 per dollar AS. Pidato pertama Gubernur The Fed baru, Jerome Powell, di hadapan Kongres AS, menjadi sentimen pendorong rupiah melemah. Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, pasar merespons testimoni Powell yang cenderung hawkish. "Pidatonya menguatkan ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga AS lebih banyak dan lebih cepat daripada perkiraan," kata dia, kemarin. Menurut Lukman, saat ini rupiah berada dalam tren sangat bearish usai menembus resistance Rp 13.700 per dollar AS. Hari ini, Kamis (1/3), pasar menunggu data inflasi domestik Februari. Lukman melihat, data inflasi yang semakin turun justru bisa menjadi sentimen negatif bagi rupiah. "Pasar khawatir target pertumbuhan ekonomi tidak terwujud kalau inflasi semakin rendah," ujar dia. Sebaliknya, Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai, inflasi yang lebih rendah dari sebelumnya justru memberi tenaga bagi rupiah. David memprediksi rupiah masih bisa rebound dan bergerak di kisaran Rp 13.700–Rp 13.770 per dollar AS. Sedang Lukman memprediksi rupiah akan melemah di rentang Rp 13.740–Rp 13.780 per dollar AS.

0 komentar:

Posting Komentar